MESKIPUN terkesan sepele, sakit kepala tidak boleh dianggap remeh. Kadang kala justru gangguan tersebut menandakan adanya gangguan berat di area kepala. Seperti adanya tumor, kanker, stroke, maupun infeksi pada organ-organ dalam kepala.
Spesialis saraf Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk (RS PIK) dr Yuda Turana mengungkapkan gangguan-gangguan berat tersebut menyebabkan perubahan pada organ-organ dalam rongga kepala yang memicu timbulnya sakit kepala.
“Keberadaan massa tumor, misalnya, bisa mendesak organ-organ dalam rongga kepala sehingga timbul gejala sakit kepala. Infeksi pada otak maupun perdarahan pada kasus stroke menyebabkan reaksi inflamasi yang juga menimbulkan gejala sakit kepala,” terang Yuda.
Sakit kepala yang ditimbulkan gangguan-gangguan berat itu digolongkan sebagai sakit kepala sekunder. Sakit kepala jenis itu perlu diwaspadai sebab menjadi penanda adanya gangguan yang berat.
“Penting untuk mengenali sakit kepala sekunder. Sebab dengan mengenalinya, bisa dilakukan penanganan lebih lanjut secara cepat dan tepat,” ujar Yuda.
Salah satu penanda sakit kepala sekunder adalah sifatnya yang kronik dan progresif. Artinya, nyeri pada sakit kepala tersebut berlangsung lama dan dari waktu ke waktu intensitasnya semakin berat. Kerap kali serangan sakit kepala berulang secara periodik, bisa terjadi setiap hari, setiap minggu, atau setiap bulan. Setiap kali pengulangan, rasa sakitnya semakin hebat.
Spesialis saraf Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk (RS PIK) dr Yuda Turana mengungkapkan gangguan-gangguan berat tersebut menyebabkan perubahan pada organ-organ dalam rongga kepala yang memicu timbulnya sakit kepala.
“Keberadaan massa tumor, misalnya, bisa mendesak organ-organ dalam rongga kepala sehingga timbul gejala sakit kepala. Infeksi pada otak maupun perdarahan pada kasus stroke menyebabkan reaksi inflamasi yang juga menimbulkan gejala sakit kepala,” terang Yuda.
Sakit kepala yang ditimbulkan gangguan-gangguan berat itu digolongkan sebagai sakit kepala sekunder. Sakit kepala jenis itu perlu diwaspadai sebab menjadi penanda adanya gangguan yang berat.
“Penting untuk mengenali sakit kepala sekunder. Sebab dengan mengenalinya, bisa dilakukan penanganan lebih lanjut secara cepat dan tepat,” ujar Yuda.
Salah satu penanda sakit kepala sekunder adalah sifatnya yang kronik dan progresif. Artinya, nyeri pada sakit kepala tersebut berlangsung lama dan dari waktu ke waktu intensitasnya semakin berat. Kerap kali serangan sakit kepala berulang secara periodik, bisa terjadi setiap hari, setiap minggu, atau setiap bulan. Setiap kali pengulangan, rasa sakitnya semakin hebat.
“Bila pada serangan sebelumnya bisa diatasi dengan satu dosis obat, pada serangan berikutnya baru bisa diatasi dengan dosis yang lebih tinggi. Itu merupakan tanda sakit kepala bersifat progresif dan mungkin tergolong sakit kepala jenis sekunder,” ujar Yuda.
Selain itu, nyeri yang akut atau nyeri hebat yang datang mendadak juga merupakan gejala sakit kepala sekunder. Sering kali, serangan nyeri akut tersebut disertai dengan gejala muntah-muntah yang berulang.
Sakit kepala sekunder juga bisa dikenali dari gejala klinis neurologis yang menyertainya. Gejala klinis neurologis merupakan gejala yang muncul akibat adanya gangguan saraf. Misalnya, lemah sebelah badan, menurunnya kemampuan untuk berjalan atau bergerak, kesemutan, penglihatan menjadi berbayang atau kabur.
Ada pula sakit kepala sekunder yang timbul dengan disertai gangguan perilaku. Gangguan perilaku itu antara lain berupa perubahan kebiasaan seseorang. Misalnya, tiba-tiba bersikap tidak sopan, menjadi lupa, dan sering berhalusinasi.
“Sakit kepala disertai demam dan gejala perubahan perilaku itu bisa jadi bukan gejala gangguan jiwa, melainkan gejala infeksi otak,” kata Yuda.
Yuda mengingatkan bila seseorang mengalami gejala-gejala sakit kepala sekunder, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter agar bisa dilakukan pemeriksaan lebih lanjut sehingga diketahui gangguan yang menyebabkan sakit kepala sekunder tersebut. Pemeriksaan lanjutan itu antara lain berupa pemeriksaan dengan sinar rontgen, magnetic resonance imaging (MRI), computed tomography (CT) scan, atau pemeriksaan laboratorium terhadap cairan otak.
“Pemeriksaan berfungsi untuk memastikan adanya kelainan atau gangguan seperti tumor, keganasan, atau infeksi di rongga kepala. Dengan demikian, dapat dilakukan penanganan lebih lanjut yang tepat untuk mengatasinya,” kata Yuda. (Nik/S-6)
Komentar
Posting Komentar
Masukkan komentar anda....